HAKIKAT KETERAMPILAN BERBAHASA


Setiap orang mempunyai keterampilan berbahasa yang berbeda-beda. Kondisi tersebut tidak terlepas dari pembawaan manusia sejak lahir. Namun, tidak berarti keterampilan berbahasa seseorang tidak bisa berkembang. Keterampilan berbahasa seseorang dapat berkembang dengan cara berlatih.
A.   Pengertian Keterampilan Berbahasa
Secara sederhana komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut :


PENGIRIM

Pesan ®Encoding ® Lambang
                                     (bunyi/tulisan)


Transmisi

PENERIMA

Lambang ® Decoding ® Pesan
(bunyi/tulisan)
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa si pengirim pesan aktif memilih pesan yang disampaikan, dan memformulasikan dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi / tulisan, proses demikian disebut Encoding. Sedangkan lambang-lambang berupa bunyi / tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan dapat diterima secara utuh merupakan Proses decoding.
Dalam proses encoding  si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan, selanjutnya pesan yang diformulasikan dalam wujud bunyi-bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan kepada penerima. Aktifitas tersebut biasa kita kenal dengan istilah berbicara. Di pihak lain, si penerima melakukan aktifitas decoding berupa pengubahan bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi lisan tersebut kembali menjadi pesan.  Aktifitas tersebut biasa kita sebut dengan mendengar atau menyimak
Ada pula pengirim menyampaikan pesan dengan menggunakan lambang-lambang berupa tulisan dalam proses encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk bahasa tertulis, kemudian dikirimkan kepada penerima. Aktifitas tersebut biasa kita sebut dengan istilah menulis. Kemudian si penerima dalam proses decoding berupaya memaknai atau mengartikan bentuk bahasa tertulis itu sehingga pesan dapat diterima secara utuh, aktifitas tersebuut kita kenal dengan istilah membaca.
Komunikasi sesungguhnya terjadi dalam suatu konteks kehidupan yang dinamis dalam suatu  budaya. Dalam komunikasi yang sesungguhnya ketika kita melakukan proses enconding si pengirim berada dalam suatu konteks yang berupa ruang, waktu, peran, serta konteks budaya yang menjadi latar belakang pengirim dan penerima, keberhasilan suatu komunikasi sangat tergantung kepada proses encoding dan decoding yang sesuai dengan konteks komunikasi. Seseorang dikatakan memilliki keterampilan berbahasa dalam posisi si pengirim pesan, dalam proses encoding  ia terampil memilih bentuk-bentuk bahasa yang tepat, sesuai dengan konteks komunikasi
Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara tepat pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi. Kemudian, seseorang dikatakan terampil menyimak apabila yang bersangkutan memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu konteks komunikasi. Selanjutnya seseorang dikatakan memiliki keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf) serta menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir , seseorang dikatakan terampil membaca bila yang bersangkutan dapat menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tetulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi tulisan) yang dibacanya.

B.   Manfaat Keterampilan Berbahasa
Dapat dibayangkan apabila kita tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita tidak dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaaan, dan titak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan dan fakta yang disampaikan oleh orang kepada kita.
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantunng pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki seseorang, misalnya profesi sebagai manajer, jaksa, guru dan wartawan.

C.   Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa
1.     Keterampilan Menyimak (listening skills)
  Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif.  Dengan demikian menyimak tidak sekedar kegiatan menengarkan tetapi juga memahami. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak  secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam menyimak jenis ini secara bergantian melakukan aktifitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara agak lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, kotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diungkapkan dan tidak bisa meminta pembicara diperlambat.
      Keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus :
a.       Menyimpan/menginngat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory)
b.      Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa tarjet
c.       Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intonasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata
d.      Membedakan dan memahami arti kata-kata yang di dengar
e.       Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus
f.       Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan
g.      Menebak makna dari konteks
h.      Mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes)
i.        Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis
j.         Mengenal perangkat-peranngkat kohesif (recognize cohesive devices)
k.      Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi dan unsur-unsur lainnya
2.  Keterampilan Berbicara (speaking skill)
                   Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara yaitu, interaktif, semiinteraktif dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memeprlambat tempo bicara dari lawan bicara. Ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
                        Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara dimana pembicara harus dapat :
a.       Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya
b.      Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelasdan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara.
c.       Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
d.      Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar.
e.       Berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar
f.       Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama.
g.      Berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.
3.  Keterampilan  Membaca (reading skill)
                        Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara.
Keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki pembicara adalah :
a.     Mengenal sistem tulisan yang digunakan
b.     Mengenal kosakata
c.      Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama
d.     Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split dari konteks tertulis
e.      Mengenal kelas kata gramatikal (kata benda, kata sifat dan sebagainya)
f.       Menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek dan preposisi
g.     Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis
h.     Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan dan partisipan
i.       Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan
j.       Menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama
k.     Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan
l.       Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam.
4.  Keterampilan Menulis
                        Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya.
Keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, dimana penulis perlu untuk :
a.       Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk disini penggunaan ejaan
b.      Memilih kata yang tepat
c.       Menggunakan bentuk kata dengan benar
d.       Mengurutkan kata-kata dengan benar
e.       Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca
f.       Memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju
g.      Mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan
h.      Mengupayakan, terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan
i.        Memuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk diulis.

MENYIMAK
Langsung
Apresiatif
Reseptif
Fungsional
Komunikasi tatap muka
BERBICARA
Langsung
Produkti
Ekspresif



KETERAMPILAN BERBAHASA


Tak langsung
Produktif
Ekspresif
MENULIS
Komunikasi tidak tatap muka
Tak langsung
Apresiatif
Fungsional
MEMBACA
Gambar: Hubungan Antarketerampilan Berbahasa


Sumber : Sunarti, Deri Anggraini. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta

Komentar

Postingan Populer