Peter, Penyihir Cilik yang Pemberani
Uglosvi adalah
sebuah negeri sihir. Negeri sihir yang sangat indah. Separuh negeri ini di huni
oleh pohon-pohon yang menjulang tinggi serta berbagai macam bunga warna-warni
turut menghiasinya. Penduduknya ialah para penyihir murni. Negeri ini menutup
diri dari para muggle, yaitu para manusia yang tidak mempunyai kekuatan sihir.
Di Uglosvi ini,
hiduplah seorang anak laki-laki bernama Peter. Peter adalah anak yang nakal.
Peter suka menjahili teman-teman sekolahnya, suka berkata bohong, suka membolos
sekolah, dan pemalas. Suatu ketika, Peter hendak pergi ke sekolah melewati
sebuah rumah di tengah hutan. Rumah itu adalah milik seorang penyihir tua yang
terkenal galak, suka memarahi anak-anak yang lewat depan rumahnya. Peter
penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh penyihir tua itu. Kemudian
Peter mengurungkan niatnya untuk pergi ke sekolah dan ia mulai mengendap-endap
hendak masuk ke rumah penyihir tua itu. Perlahan Peter membuka pintu depan
rumah penyihir tua itu, kemudian masuk dengan langkah kaki yang lambat, tidak
bersuara, dan selalu waspada memperhatikan sekeliling jikalau ada yang datang.
Dengan hati-hati, Peter melihat-lihat isi rumah itu. Banyak sekali barang yang
sudah usang. Sarang laba-laba dimana-mana. Lantainya kotor seperti tak pernah
dibersihkan beberapa hari. Kemudian pandangan Peter terhenti di sudut ruangan,
Nampak ada cahaya keluar dari ruangan itu. Bergegas Peter berjalan menuju ke
ruangan itu. Di sana, Peter melihat penyihir tua itu sedang membuat ramuan.
Sebuah kwali besar dan di bawahnya terdapat tungku api yang menyala sedang
digunakan oleh penyihir tua itu untuk merebus ramuan. Tiba-tiba Tubuh Peter
tidak sengaja menyenggol tumpukan peralatan dapur yang berada di atas rak, sehingga
barang-barang itu pun berjatuhan dan menimbulkan suara. Penyihir tua itu pun terkejut
dan kemudian membalikkan badan, mencari sumber suara itu. Penyihir tua itu
dengan sigap mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Peter. “Azakadabra”, teriak
penyihir tua itu. Tubuh Peter mulai mengecil dan kemudian berubah menjadi
seekor tikus putih.
Peter pun
berlari keluar, berusaha menjauh dari rumah penyihir tua itu. Sepanjang
perjalanan, Peter tak henti-hentinya menangis dan terus saja menyesali perbuatannya.
Hingga tanpa disadarinya, Peter sudah
berlari jauh sampai ke tengah hutan.
Di hutan itu,
Peter melihat seorang gadis cantik sedang duduk di bawah pohon yang rindang.
Sepertinya ia sedang beristirahat. Kemudian Peter berjalan mendekati gadis
cantik itu.
“Apa yang sedang
kamu lakukan di sini?” tanya Peter.
Gadis itu pun
terkejut dan segera mencari asal suara itu. Kemudian gadis itu memperhatikan di
sekelilingnya dan tak ada seorang pun ada di sekitarnya. Ia heran siapa yang
berbicara tadi.
“Aku di bawah
sini”, kata Peter.
Lalu mata gadis
itu mengarah ke tanah, mencari-cari dari mana suara itu berasal dan dilihatnya
seekor tikus putih.
“Iya, aku yang
berbicara tadi”, sambung Peter kembali.
“Kamu siapa?”
tanya gadis itu.
“Aku Peter”,
jawab Peter.
“Aku Dera”, Dera
memperkenalkan diri.
“Sedang apa kamu
di sini?” tanya Peter kepada Dera.
Kemudian Dera
pun menceritakan peristiwa yang menimpa keluarganya. Ayah Dera diculik oleh
penyihir jahat bernama Voksa. Voksa adalah penyihir kegelapan yang ingin menguasai
Negeri Uglosvi. Sedangkan ayah Dera adalah seorang dewan kementerian sihir yang
tersohor di negeri ini. Dera sedang melakukan perjalanan untuk menyelamatkan
ayahnya.
“Bagaimana
caranya untuk bisa mengalahkan Voksa?” tanya Peter.
Dera pun
menjawab kalau Voksa dapat dikalahkan dengan menggunakan tongkat sihir sakti
milik Laurent. Konon tongkat sihir itu disembunyikan di sebuah goa di ujung
Barat negeri ini. Dan Dera ingin mencarinya. Dera hanya mempunyai waktu 24 jam
untuk menyelematkan ayahnya. Peter tergerak hatinya untuk menolong Dera.
Kemudian Peter pun menawarkan diri untuk membantu Dera. Dan hal itu diterima
dengan senang hati oleh Dera.
Mereka pun
bergegas melanjutkan perjalanan mencari tongkat sihir sakti itu. Kemudian Dera menaiki
sapu terbangnya dan Peter duduk di atas topi yang dipakai Dera. Dera meluncur
dengan cepatnya sehingga Peter pun harus berpegang erat pada ujung topi Dera.
Setelah melewati hutan rimbun, menyeberangi sungai, dan gunung-gunung akhirnya
mereka tiba di goa yang dimaksud. Dera pun menukikan sapu terbangnya, tanda
bahwa ia ingin mendarat. Dera mendarat tepat di pintu goa. Kemudian mereka
berdua masuk ke dalam goa tersebut. Dera menggunakan tongkat sihirnya untuk
menerangi jalan. “Lacarnum” keluarlah api dari tongkat sihir Dera. Dera
berjalan hati-hati menyusuri goa. Di ujung goa, Mereka melihat ada sesuatu yang
berkilauan. Kemudian mereka berjalan mendekati benda itu.
Dera berkata
“Ini dia tongkat sihir yang aku cari.”
“Bagus, ayo
cepat ambil tongkat itu”, kata Peter.
Ketika Dera
mengambil tongkat sihir itu, batuan yang ada di langit goa mulai berjatuhan.
Kemudian Dera berlari sekuat tenaga untuk dapat segera keluar dari goa
tersebut. Peter berpegangan erat pada ujung topi Dera dan berteriak kepada
Dera, “Ayo cepat keluar dari sini. Goa ini akan runtuh. Ayo cepat Dera, cepat!”
Dera memanggil
sapu terbangnya. Segera ia menaikinya dan melesat keluar dari goa tersebut.
Mereka pun dapat selamat dari reruntuhan goa dan berhasil membawa tongkat sihir
sakti itu. Cepat-cepat mereka meluncur ke tempat persembunyian Voksa si
penyihir kegelapan. Istana Voksa terletak di atas bukit di tengah-tengah hutan
terlarang. Sesampainya di sana hari sudah mulai gelap. Dera berjalan
mengendap-endap menaiki tangga Istana Voksa. Istana Voksa di jaga oleh puluhan
penjaga, sehingga mereka harus berhati-hati agar tidak tertangkap oleh Voksa.
Mereka masuk ke sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu terdapat ayah Dera yang di
sandera oleh Voksa. Kedua kaki dan tangan ayah Dera di ikat dengan tali yang
sudah dimantra-mantrai oleh Voksa. Kemudian Dera berlari menghampiri ayahnya
dan berusaha melepaskan tali yang melilit pada kaki dan tangan ayahnya.
Berbagai macam mantra diucapkan oleh Dera, tetapi belum bisa membuka ikatan
itu. Tiba-tiba saja Voksa muncul dan menganyunkan tongkatnya ke arah Dera. “Alartes”.
Tubuh Dera terpental ke tembok. Dera berusaha untuk bangkit. Dera menganyunkan
tongkat sakti itu ke arah Voksa. Ketika akan mengucapkan mantra, Voksa sudah
terlebih dahulu mengayunkan tongkatnya. Sehingga tongkat sihir yang sakti itu
terlepas dari genggaman Dera. Peter yang saat itu bersembunyi di bawah kursi,
berusaha untuk mengambil tongkat sihir sakti itu. Peter berlari menuju ke
tempat tongkat sihir sakti itu terjatuh. Peter berusaha untuk mengangkat dan
mengayunkan tongkat itu ke arah Voksa. Sebelum Peter berhasil mengayunkan
tongkat itu, Voksa sudah mengayunkan tongkatnya untuk menjauhkan tongkat sihir
sakti itu dari Peter. Peter terpental jauh terpisah dari tongkat sihir sakti
itu. Peter berusaha bangkit dan berjalan menuju tempat tongkat sihir sakti itu terjatuh.
Belum sampai ke tempat tujuan, Voksa sudah mengayunkan kembali tongkatnya ke
arah Peter. Kali ini Peter terbang di udara mengikuti arah tongkat Voksa yang
diayun-ayunkan. Kemudian Voksa melemparnya ke luar Istana. Peter terlempar jauh
sampai ke tengah hutan.
Voksa tertawa
terbahak-bahak, menandakan bahwa ia telah menang. Dera hanya bisa menangis
melihat temannya gugur dalam pertempuran ini. Dera sama halnya dengan ayahnya,
kaki dan tangannya diikat dengan tali yang sudah dimantra-mantrai oleh Voksa.
Peter berusaha
bangkit kembali dan mencoba memanggil sapu terbang milik Dera. Dan itu
berhasil. Sapu terbang milik Dera datang dan ia segera menaikinya. Peter
bergegas meluncur ke Istana Voksa. Sampai di ruangan itu, Peter menjatuhkan
diri tepat di atas tongkat sihir sakti itu. Kemudian Peter berusaha mengangkat
dan mengayunkan tongkat sihir itu ke arah Voksa.”Crusios”, teriak Peter. Voksa
terkejut dan sebelum Voksa bisa melindungi dirinya sendiri, mantra itu sudah
mengenai tubuh Voksa. Tubuh Voksa pun hancur lebur menjadi debu yang
berterbangan di sapu oleh angin.
Akhirnya Peter
pun dapat mengalahkan Voksa. Tali yang mengikat tangan dan kaki Dera dan ayah
Dera terlepas begitu saja. Begitu senang hati Dera dan ayah Dera melihat Voksa
dapat dikalahkan, sehingga tidak ada lagi yang akan mengacaukan negeri yang
indah ini. Tiba-tiba saja tongkat sihir sakti itu hancur dengan sendirinya dan
Peter berubah menjadi manusia kembali. Kekuatan Sihir, yang mengubah Peter
menjadi tikus putih, begitu saja hilang bersamaan dengan hancurnya tongkat
sihir sakti milik Laurent.
Komentar
Posting Komentar