JENIS-JENIS STRATEGI BELAJAR
1. Startegi
Mengulang (Rehearsal Strategeis)
Strategi
mengulang membantu memindahkan pembelajaran dari memori jangka pendek ke memori
jangka panjang. Strategi mengulang dibedakan menjadi strategi mengulang
sederhana dan strategi mengulang kompleks. Mengulang sederhana dapat membantu
mempertahankan informasi tetap berada dalam memori jangka pendek, namun kurang
membantu membuat bermakna informasi baru tersebut, kecuali dengan menggunakan
strategi pengulangan yang lebih kompleks.
Strategi mengulang yang
paling sederhana, yaitu sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan
informasi yang ingin kita hafal. Seorang pelajar tidak dapat mengingat seluruh
kata atau ide dalam sebuah buku hanya dengan membaca buku itu keras-keras.
Penyerapan bahan lebih
kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks, yaitu perlu melakukan upaya
lebih jauh sekadar mengulang informasi. Menggarisbawahi ide-ide kunci dan
membuat catatan pinggir adalah dua strategi mengulang kompleks yang dapat
diajarkan kepada siswa untuk membantu mereka mengingat bahan ajar yang lebih
kompleks.
a. Menggarisbawahi
Menggarisbawahi ide-ide
kunci dari suatu teks adalah suatu teknik yang kebayakan siswa telah pelajari
pada saat mereka masuk perguruan tinggi. Menggarisbawahi membantu siswa belajar
lebih banyak dari teks karena beberapa alasan. Pertama, menggarisbawah secara fisik menemukan ide-ide kunci, oleh
karena itu pengulangan dan penghafalan lebih cepat dan lebih efisien. Kedua, proses pemilihan apa yang
digarisbawahi membantu dalam menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan
yang telah ada. Sayangnya
siswa tidak selalu menggunakan prosedur menggarisbawahi secara sangat efektif.
Kadang kadang siswa juga menggarisbawahi informasi yang tidak relevan. Hal ini
biasanya terjadi pada siswa-siswa sekolah dasar atau SLTP yang mengalami
kesulitan menentukan informasi mana yang paling dan kurang penting.
b. Membuat
Catatan-catatan Pinggir
Membuat catatan pinggir
dan catatan lain membantu melengkapi garis bawah. Perlu diperhatikan bahwa
siswa telah dapat melingkari kata-kata yang tidak dimengerti, menggarisbawahi
ide-ide penting, memberi nomor dan membuat daftar kejadian, mengidentifikasi
kalimat yang membingungkan, dan menulis catatan-catatan dan komentar-komentar
untuk diingat. Strategi mengulang khususnya strategi mengulang kompleks,
membantu siswa memerhatikan informasi baru spesifik dan membantu pengkodean.
Tetapi strategi ini tidak membantu siswa menjadikan informasi baru lebih
bermakna.
2. Strategi
Elaborasi (Elaboration Strategies)
Elaborasi
merupakan proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih
bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan
kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori
pendek ke momori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara
informasi baru dengan apa yang telah diketahui.
a.
Pembuatan
Catatan
Sejumlah
besar informasi diberikan kepada siswa melalui presentasi dan demonstrasi guru.
Pembuatan catatan membantu siswa dalam mempelajari informasi ini secara singkat
dan padat menyimpan informasi untuk ulangan dan dihafal kelak. Bila dilakukan
dengan benar, pembuatan catatan juga membantu mengorganisasikan informasi
sehingga informasi itu dapat diproses dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah
ada secara lebih efektif.
b.
Analogi
Analogi
adalah pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri-ciri
pokok suatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti
jantung dengan pompa.
c.
PQ4R
Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat
apa yang mereka baca. P singkatan dari preview (membaca selintas dengan cepat),
Q adalah question (bertanya), dan 4R singkatan dari read (mambaca), reflect
(refleksi), recite (tanya jawab sendiri), dan review (mengulang secara menyeluruh).
Melakukan preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca
mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara
informasi baru dengan apa yang telah diketahui. Mempelajari judul-judul atau
topik-topik utama membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru
tersebut, sehingga memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang. Resitasi informasi dasar, khususnya bila disertai dengan
beberapa bentuk elaborasi, kemungkinan sekali akan memperkaya pengkodean.
3.
Strategi
Organisasi (Organization Strategies)
Seperti
halnya strategi elaborasi, strategi organisasi bertujuan membantu pelajar
meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan
mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut.
Strategi-strategi organisasi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide
batu istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi sub
set yang lebih kecil. Strategi-strategi ini juga terdiri dari
pengidentifikasian ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi
yang lebih besar. Outlining, mapping, dan mnemonics yang meliputi pemotongan,
akroning, dan kata terkait merupakan strategi organisasi yang umum.
a.
Outlining
Dalam
outlining atau membuat kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkan
berbagai macam topic atau ide dengan beberapa ide utama. Dalam pembuatan
kerangka garis besar tradisional Satu-satunya jenis hubungan adalah satu topic
kedudukannya lebih rendah terhadap topic lain. Sama dengan strategi lain, siswa
jarang sebagai pembuat kerangka yang baik pada awalnya, namun mereka dapat
belajar menjadi penulis kerangka yang baik apabila diberikan pengajaran tepat
dan latihan yang cukup.
b.
Pemetaan konsep
Salah
satu pernyataan dalam teori ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting
yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa
(pengetahuan awal). Supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus
dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel
belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk
mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa (Dahar, 1988: 149).
Berkenaan dengan itu, Novak dan Gowin (1985) dalam Dahar (1988: 149)
mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung
dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.
c.
Mnemonics
Kata mnemonic berasal dari mnemosyne
dewi memory Yunani kuno, kata mnemonic secara singkat didefinisikan sebagai
membantu memory. Strategi mnemonic ini merupakan cara untuk pengkodean sehingga
dapat membantu sehingga dapat membantu proses penyimpanan dan mengingat kembali
baik dalam ingatan jangka panjang maupun jangka pendek, karena sistem tersebut memungkinkan
kita menyimpan informasi didalam memory, sehingga akan mampu memperolehnya
kembali bila dibutuhkan. Mnemonics
merupakan metode untuk membantu menata informasi yang menjangkau ingatan dalam
pola-pola yang dikenal, sehingga lebih mudah dicocokan dengan pola schemata
dalam memori jangka panjang.
d.
Chunking
(potongan)
Karena memori kerja seseorang memiliki kapasitas yang begitu
terbatas, sulit bagi kebanyakan orang untuk mempelajari suatu deretan angka
panjang. Namun apabila nomor itu dapat ditempatkan dalam potongan-potongan,
nomor itu akan lebih mudah diingat. Misalnya
seseorang dapat mengingat nomor telepon 10 angka karena ia telah membaginya
dalam tiga kelompok, yaitu kode wilayah, tempat, dan tiga nomor orang yang
dituju.
e.
Akronim
(singkatan)
Akronim
adalah singkatan (kependekan) yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau
bagian lain yang ditulis dan dihafalkan sebagai kata yang wajar. Misalnya, ABRI
merupakan singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; rudal
singkatan dari peluru kendali; mayjen singkatan dari mayor jendral, dan
lainnya.
4.
Strategi
Metakognitif (Metacognitive Strategies)
Metakognitif
berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang berpikir mereka sendiri dan
kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tententu dengan tepat.
Oleh Karena itu pelajar dapat diajarkan strategi-strategi untuk menilai
pemahaman mereka sendiri, menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk
mempelajari sesuatu dan memilih rencana yang efektif untuk belajar atau untuk
memecahkan suatu masalah (Nur, 2000a).
Menurut Preisseien (Pusdiklatdepdiknas,
2008) metakognitif meliputi empat jenis ketrampilan, yaitu:
1. Ketrampilan
Pemecahan masalah (Problem Solving)
yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk
memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi,
menyusun berbagai alternative pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang
paling efektif.
2. Ketrampilan
Pengambilan Keputusan (Decision making),
yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memilih
suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan
informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternative,
analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alasan-alasan
yang rasional.
3. Ketrampilan
Berfikir Kritis (Critical thinking)
yaitu:
Ketrampilan individu
dalam menggunakan proses berfikirnya yaitu menganalisa argumen dan memberikan
interprestasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan
bias dari argumen, dan interprestasi logis.
4. Ketrampilan
berfikir Kreatif (creative thinking)
yaitu:
Ketrampilan individu
dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru,
konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun
persepsi, dan intuisi individu.
Ketrampilan-ketrampilan diatas ini
saling terkait antara satu dengan yang lainnya, dan sukar untuk membedakannya,
karena ketrampilan-ketrampilan tersebut terintegrasi.
Ada 3 strategi metakognitif yang dapat dikembangkan untuk
meraih kesuksesan belajar siswa, diantaranya:
1. Tahap proses
sadar belajar, meliputi proses
untuk menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan, mengakses internet di laboratorium komputer, atau belajar di tempat sunyi), menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa.
untuk menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan, mengakses internet di laboratorium komputer, atau belajar di tempat sunyi), menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa.
2. Tahap merencanakan
belajar, meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk
jadwal serta menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi
pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan
menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed
reading, dan strategi belajar lainnya).
3. Tahap
monitoring dan refleksi belajar, meliputi proses merefleksikan
proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing,
seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi
saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?, mengapa saya
mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi dan motivasi tinggi
dalam belajar.
Makasih, idenya bagus nih kalau dimasukkin ke vlog
BalasHapus