DERITA TIADA AKHIR


/1/
Tenggelam ku pada ingatan masa lalu
Titik puncak kerisauan hatiku
Mengatakan bahwa aku….
Ku harus melangkah maju
Menggapai mimpi-mimpi indahku

Masih terekam dalam memoriku
Kala ku berpisah denganmu
Betapa tersayat hatiku
Ketika melihat air mata membasahi pipimu
Ku tatap lekat wajahmu
Ku ucap janji setia padamu
Wahai kekasihku…..
Kan ku bawa pulang kebahagiaan itu….
Ya bahagia itu….


Ratapan seorang pemuda
Sedih sendu sedam
Ditatapnya keluar jendela
Dengan tatapan haru
Bus jurusan Jogja-Tangerang kini melaju kencang
Membawanya jauh pergi meninggalkan kota Jogja
Menuju ke kota impian
Meninggalkan ayah, ibunda dan kekasih tercinta
Rendra itulah namanya
Pemuda bertubuh atletis
Tidak terlalu tampan tapi begitu menawan
Pergi merantau ke kota orang
Dengan bekal tekad bulat
Ingin memperbaharui nasib
Yang sedari dulu telah membelitnya
Memaksanya meninggalkan semuanya
Lewat seorang kerabatnya
Yang sudah lama berkelana
Rendra kini ikut mengukir jejaknya
Bermigrasi dari kampung halaman ia ke ibu kota
Demi sebuah kebahagiaan untuk kekasihnya
Demi nasib baik untuk keluarganya

Tapi kenapa nasib baik tak mau berpihak padanya
Seperti kumbang yang tak lagi mau hinggap pada bunga layu
Sudah ia korbankan segalanya
Cintanya…
Hartanya….
Keluarganya…
Tapi tak kunjung membawa tanda-tanda kebahagiaan
Malah membawa segudang penderitaan

/2/
Pertama kali Rendra menginjakkan kaki
Indahnya begitu membuai
Bangunan megah pencakar langit
Membuat kota semakin cantik
Ya, kota Tangerang
Kota yang begitu ia impikan
Di kota inilah Rendra akan mengubah nasibnya
Nasib yang dulu begitu mencekam
Mencekik, menahan nafas kehidupan

Pada sebuah pabrik pembuat panci
Di daerah kota Tangerang, Banten[1]
Ia akan kerahkan tenaganya
Demi nasib baik yang ia ingin rasakan

/3/
Sudah sekian bulan Rendra di tempat ini
Ia bekerja siang malam tanpa henti
Tanpa istirahat tanpa memperhatikan diri
Untuk makan saja ia harus kalah pada diri
Demi mengejar taget dari si tuan tiri
Yang begitu muluknya hampir memenuhi langit
Kalau tidak ……
Ruang pembantaian pun akan sesak
Di bawah tangga, Rendra dan kawan-kawan menerima sangsi
Tendangan, pukulan dan caci-maki
Ya….
Yang ada di otak si tuan tiri
Hanya kerja, kerja, dan kerja[2]

Pernah Rendra buat salah
Ditendangnya ia bekali-kali
Dipukulnya ia membabi buta
Dicacinya ia dimaki-maki
Dipanggilnya ia hewan berkaki empat
Bukan hanya si tuan tiri
Yang kian hari kian menyakiti
Tapi asisten pun ikut cari-cari[3]
Tubuh kekar kini pun lemah, lunglai
Tak berdaya…
Menahan sakit tiada terkira
Wajahnya biru lebam
Dari mulut Rendra menyemburkan darah
Darah yang masih segar
Merah, merah darah
Bukan itu saja
Sakit hatinya begitu dalam
Terpendam dalam jiwanya

Nasib baik ia dapatkan
Nyawa masih bertahan
Di dalam tubuh yang kian ringan
Lain lagi dengan kawan
Siksaan begitu senang
Menghampiri tubuh yang kian lemah
Tak kuat diterjang badai
Tak hanya pukulan, tendangan, cacian
Air panas pun ikut mengguyur tubuhnya
Tubuh yang belum layak untuk bekerja
Umur yang masih di bawah bayang-bayang[4]
Hingga pada saatnya tubuh itu tak dapat
Bertahan menghadang semua yang datang
Dan nyawa pun pergi menghilang

/4/
Rendra dan kawan-kawan diistirahatkan di sebuah ruangan
Tertutup untuk banyak orang
Ukurannya pun hanya 8 meter x 6 meter
Tidak ada ranjang empuk
Seperti di asrama para buruh tempat orang
Yang ada hanya selembar tikar
Lusuh, tipis, dan mulai usang dimakan waktu
Hawa dingin menusuk-nusuk tubuh
Tipisnya tikar tak mampu menghalanginya

Hanya terdapat satu kamar mandi
Ya, hanya satu untuk banyak orang
Itu pun kotor dan tidak terawat
Merawat diri pun tak mampu
Apalagi merawat kamar mandi
Melihatnya pun Rendra jijik
Ditambah lagi dengan ruangan yang
Pengab, lembab, bahkan gelap
Kini yang ikut menemani mereka
Menjadi saksi keganasan si tuannya[5]

Fasilitas yang kurang
Tak layak untuk dipandang
Dipakai pun tak senyaman di rumah abang
Jauh dari standar yang berkembang
Tapi apa boleh buat
Di situlah Rendra didapat
Mengais rejeki yang tak seberapa
Tak sebanding dengan siksaan yang ia dapat

/5/
Saking sibuknya mereka bekerja
Merawat diri pun tak mampu
Hanya sekedar menyisir rambut pun tak sempat
Apalagi untuk membersihkan badan
Ke kamar mandi pun hanya sekedar buang air kecil dan besar
Mandi?
Tak ada waktu untuk memikirkannya
Mengganti pakaian?
Bahkan mencucinya saja
Itu hanya mencari perkara
Berbulan-bulan Rendra tak mengganti pakaiannya
Sudah kummel, robek, jorok pula

/6/
Kini kesehatan Rendra mulai terancam
Karna tak sempat merawat diri
Penyakit pun mulai menghampiri
Kondisi badan yang tidak terawat
Kian hari kian menyusut
Rambut yang mulai berubah
Karena tak pernah keramas
Kini menjadi berwarna coklat
Penyakit kulit seperti kurap dan gatal-gatal[6]
Sudah menyatu dalam tubuhnya
Rendra tampak tidak sehat
Belum lagi siksaan-siksaan yang ia dapat
Dari si tuan tiri
Begitu menambah beban berat
Terbersit pertanyaan
Kapan penderitaan ini akan berakhir Tuhan?

/7/
Rendra …. Rendra….
Begitu malang nasibmu
Belum puas siksaan yang Rendra terima
Kini barang kesayangannya pun ikut disita
Oleh si ibu tiri
HP, dompet, uang bahkan pakaian untuk sehari-hari
Pun tak luput dari tangan kejam si ibu tiri
Dan satu lagi….
Kenyataan yang harus Rendra hadapi
Dia sudah tak lagi di gaji[7]

Rasanya Rendra sudah tidak tahan
Harga dirinya sudah diinjak-injak tak kelihatan
Ingin Rendra membangkang
Melawan semua siksaan
Tapi apa daya si tuan lebih kuat dari perkiraan
Lebih hebat dari yang dibayangkan
Lebih cerdik dari si kancil hewan kesayangan
Rendra di kurung dalam ruangan
Tak diberi makan
Tak diberi minuman
Hanya dua ekor cecak
Yang kini menemaninya
Berkejar-kejaran
Seolah mereka berteriak ingin diperhatikan
Berusaha menghibur hati Rendra yang mulai kesepian

Rendra pun teringat akan kekasihnya
Nun jauh di sana
Sedang apakah ia
Rindukah ia padanya
Seperti Rendra merindukannya

Maafkan aku belum bisa membuatmu bahagia
Maafkan aku belum bisa kembali padamu
Di sini ku masih belum jadi apa-apa
Tapi ingatlah janjiku padamu waktu itu
Kan ku tepati walau ajal menjemputku

Berhari-hari Rendra di kurung
Berhari-hari pula Rendra merenung
Apa kabar orang tuanya di sana
Masihkan mereka mengirim doa untuknya
Rendra teringat ketika ia akan berangkat ke Tangerang
Ayah rela menggadaikan tanahnya
Ibunda rela menjual emasnya
Mereka percaya Rendra akan berhasil
Mereka percaya Rendra akan sukses
Tak terasa air mulai menggenangi matanya
Tak tertahan air itu dimatanya
Kini mengalir deras dipipinya
Tersedu-sedu ia menangis
Menumpahkan beban berat
Lelaki harus kuat
Lelaki tak boleh menangis
Teringat kata ibunda dulu ketika menghibur Rendra
Tapi ia tak dapat membendungnya
Air matanya terus saja mengalir
Berusaha Rendra menghapusnya
Tetap saja ia tak bisa
Dulu Rendra yang begitu tegar dan kuat
Kini berubah menjadi lemah
Suatu kenyataan pahit yang harus ia telan
Lebih pahit dari buah mahoni
Tak ada yang bisa dilakukan Rendra
Mungkin memang ini jalannya
Jalan terjal penuh derita
Dihiasi peluh keringat tak tertahan
Mengucur deras bagai air terjun
Menahan dahaga hingga tak terasa
Nyawapun hampir jadi taruhannya

/8/
Secercah harapan pun datang
Kala malam tengah menyandang
Melambai-lambai ingin disapanya
Terlintas dibenak Rendra
Ia harus pergi dari istana neraka
Apapun caranya
Demi kawan-kawannya
Demi orang tuanya
Dan demi kekasihnya
Rendra layak mendapatkan haknya
Rendra layak mendapatkan yang lebih baik
Istana dunia yang ia dambakan

Dibalutnya tangan kanan Rendra dengan baju
Ya, baju yang satu-satunya ia kenakan
Dengan tekad bulat
Ditinjunya kaca jendela
Berkali-kali ia mencoba memecahkannya
Dan akhirnya Rendra dapat keluar dari neraka
Tangan Rendra bermandikan darah
Serpihan kaca telah melukai tangannya
Sakitnya bukan main
Tapi Rendra harus menahannya
Ia harus berhasil keluar dari neraka
Cepat kilat ia melompat ke luar
Berlari menuju pagar
Memanjat dinding yang kini menghadangnya
Dan ia berhasil
Keluar dari neraka panas itu
Rendra berlari mencari pertolongan
Lamat-lamat ia melihat seseorang datang menghampirinya
Semakin dekat dan gelap

/9/
Cahaya menyilaukan pandangannya
Perlahan Rendra membuka mata
Buram penglihatannya
Dikedip-kedipkan kelopak matanya
Agar segera jelas pandangannya
Rendra mulai melihat sekeliling
Mengenali tempat apakah ini
Di mana ia sekarang berada
Dilihatnya seorang wanita cantik berada di sampingnya
Wajahnya menyiratkan rasa bahagia
Wanita itu berteriak-beriak memanggila perawat
Suster! Suster! Teman saya sudah sadar!
Suster berlari menghampiri kamar Rendra
Mengecek apakah semua baik-baik saja
Rendra tersadar dari tidur panjangnya
Sudah seminggu ia tak sadarkan diri
Tangannya terasa sakit
Kepalanya pun terasa berat
Rendra kini berada di rumah sakit
Ya, Tuhan telah mengirimkan malaikat untuk menolongnya
Dari siksaan neraka dunia

Seorang baik hati datang menyelamatkannya
Membawanya ke rumah sakit
Mengurus segala biayanya
Selama seminggu ia menunggunya
Menunggu seseorang yang tak tau siapa namanya
Menunggu ia untuk segera membuka matanya
Siang malam duduk di sampingnya
Sampai akhirnya Rendra tersadar

Jangan banyak bergerak dulu ya
Anda masih perlu istirahat
Jangan kuatirkan yang lain
Hibur seorang wanita yang berada di sampingnya
Tapi Rendra tak bisa sabar
Ingin ia  mengatakan sesuatu
Dengan terbata-bata ia menceritakan apa yang dialaminya
Tak sadar air mata pun menetes
Keluar tanpa permisi kepada si pemilik
Wanita itu pun ikut merasakan luka
Luka yang lebih dulu singgah di hati Rendra

Kasih yang ia damba
Cintanya pada pandangan pertama
Ternyata telah menanggung beban berat
Kejamnya dunia mengantar Rendra padanya
Tahukah ia bahwa wanita itu telah terpesona
Pada pertama Rendra menatapnya

Tiba-tiba saja datang polisi tanpa senjata
Bertanya ini itu membuat kepalanya bertambah berat saja
Lama polisi di kamar Rendra
Mencari sebuah fakta
Fakta kejamnya istana neraka
Fakta penjerat impiannya
Fakta untuk menyelamatkan kawan-kawannya

/10/
Berkat wanita cantik bernama Diana
Polisi sudah siap siaga
Di depan sebuah rumah yang di duga
Di situlah istana neraka berada
Menggrebek si tuan tiri beserta asistennya
Massa pun ikut-ikutan bergelora
Geram dengan kelakuan bejat si tuan tirinya
Sumpah serapah keluar dari mulut massa
Masih ada saja perbudakan di era modern ini
Kini kawan-kawan Rendra bebas
Seperti burung dara yang terbebas dari sangkarnya
Terbang membelah angkasa
Senang riang dan gembira

/11/
Terbangun ia di tengah malam
Berteriak histeris ketakutan
Perawat pun lari berhamburan
Didekatinya ia meronta-ronta
Memaksanya ia di kencang

Sudah tiga hari ia tidur di pembaringan
Begitu lemah raga dan jiwanya
Perlakuan kasar yang diterima dari tuannya
Kini begitu membekas di hati Rendra
Setiap malam ia tak dapat tidur nyenyak
Kenangan-kenangan pahit
Bergentanyangan mengusik ketenangan
Hari-hari ia lalui dengan kesedihan

/12/                
Keputusan yang menyakitkan pun datang
Sakit jiwalah yang kini ia sandang
Kekerasan fisik yang dialaminya
Kini merusak hatinya
Merusak jiwanya
Merusak akal sehatnya

Tidak sampai di situ saja
Penyakit yang lebih serius hinggap di tubuhnya
Tak dapat diusirnya
Tak dapat di sembuhkannya
Luka yang timbul akibat ulah si tuan tiri
Yang berhari-hari ia tak hiraukan
Kini menjadi sumber derita baru
Infeksi luka yang begitu ganas
Menyebar ke seluruh tubuh
Menggerogoti tubuhnya

Dokter sudah berusaha sebisanya
Mengobati lukanya
Menghentikan penyebarannya
Tapi sayang…….
Nasib baik tak mau berpihak padanya
Kini umur Rendra tinggal menghitung hari
Suatu saat malaikat akan datang
Mencabut nyawanya
yang telah bertahun-tahun berada dalam tubuhnya

/13/
Rendra hanya bisa berbaring ditempat tidur
Tak ada keluarga yang menemani
Tak ada kekasih yang menghampiri
Entah mereka tahu atau tidak
Rendra pun tak peduli
Hanya ada wanita cantik itu yang kerap kali menjenguknya
Menyuapi Rendra makan, memandikannya
Dan berusaha menghiburnya
Ya, hanya Diana yang selalu ada di sampingnya
Sejak saat itu Diana tak mau meninggalkannya
Entah karena kasihan atau cintanya yang begitu dalam
Hanya Diana sendiri yang tau tentang perasaannya

Kini wajah yang begitu menawan
Berubah menjadi menyeramkan
Tubuh yang begitu menggairahkan
Tinggal tulang berbungkus kulit yang menjijikan
Kini anggan-angan yang dulu ia banyangkan
Mimpi-mimpi yang ingin ia capai
Tinggallah banyangan semu
Tak dapat ia pegang
Tak dapat ia rasakan

/14/
Malam menjelang pagi
Ketika matahari ingin muncul
Memberikan cahaya untuk Rendra
Saat itu lah Rendra menghembuskan nafas terakhir
Bersama hilangnya bulan
Bersama pula hilangnya impian
Bersemayam abadi bersama cinta-Nya
Cinta yang kekal abadi
Dan nyawa yang ingin dipertaruhkan
Kini juga menghilang bersama bintang-bintang
Menuju tempat terindah
Yang tiada tertandingi di dunia
Ya, surga
Di sanalah Rendra kini berada
Di sanalah Rendra merajut bahagia
Bahagia untuk selama-lamanya
Kekal dan abadi

/15/
Selamat jalan cinta
Mungkin di tempat yang baru
Di atas sana
Kau akan mendapat kebahagiaan
Bahagia yang sesungguhnya

Air mata membasahi pipi Diana
Beranjak dari pusaran tanah yang masih merah
Diana pergi meninggalkan kuburan Rendra
Diana berjanji setiap hari akan datang
Mengunjunginya
Matanya yang basah samar-samar
Melihat Rendra terseyum pada Diana





[1]  Seperti yang telah diketahui, beberapa waktu lalu Polres Kota Tangerang, Banten, menggerebek industri wajan di Kampung Bayur Opak RT03/06, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, karena menyekap para buruh serta mempekerjakan tanpa diberikan pesangon.


[2] Dalam kasus tersebut bos pabrik panci, menargetkan setiap buruh mencetak 200 wajan alumunium. Jika tidak mencapai target, bos pabrik panci bakal menggiring buruh keruang "pembantaian". Letaknya di dekat tangga rumah tingkat, gudang alumunium foil.
.

[3] Para buruh mengalami kekerasan fisik dengan cara ditampar, ditendang, disundut rokok hingga disiram air panas. "Pelaku yakni pemilik usaha dan rekan lainnya," katanya.

[4] Terdapat 4 buruh yang masih berumur 17 tahun berstatus anak – anak.

[5] Kepolisian juga menemui tempat istirahat buruh berupa ruang tertutup ukuran 8 meter x 6 meter, tanpa ranjang tidur, hanya alas tikar, kondisi pengab, lembab, gelap, terdapat fasilitas kamar mandi yang jorok dan tidak terawat.

[6] Kondisi badan buruh juga tidak terawat, rambut coklat, kelopak mata gelap, berpenyakit kulit seperti kurap dan gatal - gatal serta tampak tidak sehat.

[7] Tak hanya itu, sejumlah peralatan berupa hp, dompet, uang, dan pakaian yang dibawa buruh ketika awal bekerja disita oleh JK dan disimpan istrinya tanpa argumentasi yang jelas. Buruh juga tidak mendapatkan gaji selama dua bulan dengan besaran 600 ribu per bulannya.

Komentar

Postingan Populer